Glenn Fredly dan Jejak Langkahnya Perjuangkan Hak Asasi
JAKARTA, KODAKBERITA.BLOGSPOT.COM - Kabar duka begitu datang tiba-tiba saat penyanyi Glenn Fredly diketahui tutup usia di Rumah Sakit Setia Mitra, Fatmawati, Jakarta Selatan pada Rabu (8/4/2020).
Glenn Fredly meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit meningitis yang diidapnya.
Musisi kelahiran Jakarta, 30 September 1975 ini memiliki perhatian terhadap permasalahan kemanusiaan, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup, khususnya di Indonesia bagian Timur.
Glenn juga kerap hadir dalam kegiatan atau kampanye sosial dan penggalangan dana.
Dia bahkan ikut mendatangi keluarga korban pelanggaran HAM untuk menyuarakan dukungan terhadap mereka dalam mencari keadilan.
"Bagi kami di Kontras, Glenn Fredly adalah sosok musisi yang sangat jelas keberpihakannya dan kontribusinya pada kemanusiaan dan hak asasi manusia," kata Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Yati Andriyani ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (9/4/2020).
Aktivis Hak Asasi Manusia Haris Azhar juga mengatakan, Glenn merupakan artis yang paling sering mendatangi keluarga korban pelanggaran HAM.
"Seingat saya, artis yang paling sering datang isi acara dan mendatangi keluarga korban pelanggaran HAM adalah dia (Glenn)," kata Haris ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (9/4/2020).
Berikut perjalanan Glenn Fredly dalam upaya memperjuangkan HAM dan Lingkungan Hidup semasa hidupnya:
1. Penuntasan kasus Munir
Yati mengatakan, Glenn semasa hidupnya memberikan dukungan untuk penuntasan kasus pembunuhan aktivis HAM yaitu Munir Said Thalib.
Glenn terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang digelar untuk menagih janji pemerintah dalam menyelesaikan kasus tersebut.
"Termasuk hadir dalam siaran pers mengenai peresmian Munirpad dan berpartisipasi saat Omah Munir didirikan," kata Yati.
2. Kunjungi keluarga korban penghilangan paksa 1997/1998
Yati mengatakan, Glenn mendatangi dan memberikan dukungan kepada keluarga korban penghilangan paksa pada 1997/1998.
Dukungan tersebut langsung diberikan Glenn kepada orangtua korban penghilangan paksa yang masih menunggu kejelasan dari pemerintah.
"Dengan sukarela dan suka hati, ia bersama kami mengunjungi orangtua Bimo Petrus di Malang, Ucok Munandar Siahan di Depok. Ini untuk menunjukan dukungannya kepada keluarga korban," ujar Yati.
3. Dukungan untuk jemaah GKI Yasmin
Menurut Yati, Glenn juga ikut memberikan dukungan kepada jemaah di GKI Yasmin, Bogor yang mendapat penghadangan dalam melakukan ibadah.
Vokalis yang pernah bergabung bersama grup Funk Section ini beberapa kali ikut jemaat GKI Yasmin menyuarakan aspirasinya di depan Istana Merdeka.
Glenn juga pernah merayakan Natal bersama jemaat dan bernyanyo bersama mereka.
4. Sekolah HAM
Lebih lanjut,Yati mengatakan, Glenn bersama sejumlah rekan musisinya ikut mengisi sekolah HAM Kontras (SEHAMA) melalui musik dan pandangannya terkait pentingnya masyarakat untuk menyuarakan HAM.
"Pentingnya keterlibatan anak muda dan masyarakat dalam promosi atau menyuarakan hak asasi manusia apapun latar belakangnya," kata Yati.
5. Tolak Reklamasi Teluk Benoa, Bali
Berdasarkan catatan Kompas.com, Glenn merupakan salah satu artis yang menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa, di Bali.
Dalam acara Soundrenaline 2017, di Garuda Wisnu Kencana, Bali, Minggu (10/9/2017) malam, Glenn melontarkan teriakan solidaritas bagi mereka yang menolak reklamasi Teluk Benoa.
"Salam merdeka teman-teman semua! Mana suara tolak reklamasi Teluk Benoa? Mana suaranya?!" seru Glenn.
Diketahui, wacana reklamasi Teluk Benoa di Bali bergulir pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Ketika itu, SBY menerbitkan Perpres Nomor 51 tahun 2014 yang merubah Teluk Benoa yang sebelumnya kawasan konservasi perairan menjadi zona budi daya yang dapat di reklamasi.
Namun, wacana tersebut mendapat penolakan dari elemen masyarakat dan Gubernur Bali ketika itu I Wayan Koster.
6. Pencetus Voice Of The East
Sementara itu, Aktivis HAM Haris Azhar mengatakan, Glenn merupakan pencetus dari kampanye sosial Voice Of The East atau VOTE pada 2011 yang lalu.
Haris menceritakan, ia dan Glenn berdiskusi terkait kondisi masyarakat di Indonesia bagian Timur.
Glenn, kata dia, ketika itu, ingin menyuarakan kondisi buruk yang terjadi di Indonesia Timur dalam suatu kampanye besar.
"Terus dia (Glenn) mencetuskan bagaimana kalau kita bikin kampanye yang holistik, soal kondisi Indonesia timur, nah dia kan dari sana Indonesia timur, dengan tanda kutip kita mesti bersuara. Negeri ini banyak ngambil dari Indonesia timur tetapi kondisi Indonesia timurnya jelek," kata Haris.
Haris mengatakan, berangkat dari diskusinya dengan Glenn, dan dibantu organisasi seperti Indonesia Corruption Watch (ICW), Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) dan Kontras, maka dibentuk Voice Of The East (VOTE).
"Dia bukan artis yang pakai bedak, enggak. Dia yang bantu telepon artis-artis untuk bikin konser gede di Yogyakarta," ujarnya.
Haris mengatakan, ia membantu Glenn menggelar konser Voice Of The East di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 2012 yang lalu. Bahkan, acara tersebut ikut dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X.
"Jadi ya dia bukan artis isap jempol saja. Di setiap rapat VOTE dia yang memimpin luar biasa dia, lebih banyak kegiatan-kegiatan isu publik terkait masalah lingkungan hidup, hak asasi manusia, dia suportif banget," tuturnya.
Lebih lanjut, Haris mengatakan, setelah konser VOTE digelar, Glenn menyuarakan isu-isu Indonesia Timur melalui film Cahaya dari Timur: Beta Maluku (2014) bersama sutradara Angga Dwimas Sasongko.
"Kalau VOTE akhirnya kita lanjutkan di Kontras bikin riset soal komunitas masyarakat adat di Papua, pakai nama VOTE itu. Kalau Glenn bikin film yang Beta Maluku itu dengan Angga Dwi Sasongko mengembangkan masing-masing VOTE," ujar Haris Azhar.